Jalan-jalan di salah satu situs favorit:
KASKUS gak sengaja nyasar ke salah satu thread cerita HOROR. Sebenarnya penulis tidak terlalu suka dengan kisah-kisah horor, apalagi film horor Indonesia, bahkan film horor luar negeri pun penulis kurang menyukainya kecuali beberapa game survival horor bertema zombie baru penulis suka. Namun kali ini entah kenapa penulis penasaran ingin membaca Thread yang berjudul
- SANTET - (kisah nyata pengalaman keluarga) thread pindahan karena salah kamar yang kali ini muncul di halaman depan (homepage) situs forum terbesar di Indonesia ini. Mungkin karena ada kata-kata "Kisah Nyata" sehingga saya menjadi tertarik dan penasaran.
Awalnya saya hanya iseng dan akan membaca beberapa paragraf saja. Namun setelah membaca beberapa paragraf saya tertarik dengan alur cerita dan gaya penulisan si Author/Penulis, yang memiliki nickname kaskus:
endokrin. Namun dari jumlah postingannya yang baru 41, sepertinya ini adalah ID atau nickname kloningan, mungkin dia ingin menyembunyikan identitasnya. Gaya penulisannya menarik mirip di novel-novel yang pernah saya baca dengan sudut pandang first person atau orang pertama, saking menariknya penulis membaca
Chapter 1 sampai tamat, masih penasaran akhirnya lanjut
Chapter 2 sampai akhirnya
Chapter 8. Namun kisah ini masih belum tamat, banyak para kaskuser yang menunggu-nunggu update cerita ini. Seandainya kisah ini diangkat menjadi sebuah game, seperti game
DreadOut maka akan sangat menarik. Mudah-mudahan kisah ini sampai ke developer game
Digital Happiness (pengembang game
DreadOut).
Untuk membaca cerita horor yang menarik ini, silakan buka link dibawah ini:
SANTET - (kisah nyata pengalaman keluarga) thread pindahan karena salah kamar (diterbitkan pada 18-07-2016)
Ceritanya di tulis berdasarkan kronolagis secara bersambung, berikut ini urutannya:
Preview:
kejadian ini sekitar satu bulan yang lalu sebelum bulan puasa, dan ini merupakan pengalaman ane berkenalan dengan dunia yang diluar nalar ini.
Saya tinggal didaerah subang, nama kampungnya saya samarkan saja ya..demi kebaikan bersama. Sedangkan saya sekarang berada dikota bandung sedang menimba ilmu disalah satu universitas. Pengalaman yang saya lihat tentang kasus ini satu bulan sebelum bulan puasa kemarin, lebih tepatnya saat saya libur setelah UTS saya pulang ke rumah untuk liburan.. bapak saya adalah seorang petani dan pedagang sekaligus profesi sampingannya yaitu membantu orang, saya tak tahu harus mendifinisikan apa untuk bagian membatu orang ini. Jadi begini didesa saya ini kebudayaan hindu masih kental, sekalipun islam adalah agama resmi penduduknya tapi tradisi hindu lama tak bisa dilepaskan, seperti membakar kemenyan saat jarah ke makam, atau melakukan upacara-upacara adat dikampung seperti ruatan bumi dan sebagainya, saya tak tahu apa ini tradisi hindu atau hanya adat istiadat setempat yang pasti kebiasaan itu masih betahan sampai sekarang.
Bapak saya belum terlalu tua, umurnya baru 45 tahun, bisa dibilang masih muda, bapak saya adalah orang yang selalu dimintai untuk mendoakan kemenyan saat mau jarah ke makam atau mendoakan air untuk orang yang sakit. Mungkin bisa dibilang orang pintar atau dukun, tapi saya menolak dibilang dukun, karena bapak saya tidak membuka praktek, beliau hanya mencoba membantu orang-orang sekitar dengan ilmu kebatinan dan tidak memungut bayaran, sekalipun ada saja orang yang berterima kasih dengan imbalan uang dengan nominal paling besar 20 ribu rupiah, saya tahu karena saya sering melihatnya kalau sedang dirumah. Tidak melakukan ritual yang aneh-aneh, bila ada orang sakit biasanya bapak hanya memberikan air putih dalam botol aqua yang sudah dilafalkan doa-doa.
Bapak saya belajar doa-doa dan semua ilmu kebatinannya dari kakek saya, dulu sewaktu kakek saya masih hidup dia adalah sesepuh kampung sekaligus seorang “syeh mayit”. Saya tak tahu apa sebutan nasionalnya atau nama di daerah lain julukan untuk seseorang yang berprofesi untuk mengurusi mayat mulai dari memandikan menyolatkan sampai menguburkan. Tapi dikampung saya orang yang bertugas untuk mengurus mayat disebut “syeh mayit”.
Disini untuk pertama kalinya pengalaman teraneh yang pernah saya alami dimulai. Berawal dari kedatangan seorang pemuda usianya sekitar 25 atau 27 tahunlah sekitar segitu dari kampung sebelah kerumah saya. Namanya maaf saya samarkan yah demi kebaikan bersama, kita anggap saja namanya asep. Kang asep ini datang kerumah ba’da isya, saya masih ingat karena waktu itu sedang asyik nonton tv dan kemudian ibu saya ..... klik untuk membaca selengkapnya dari sumber aslinya